UNTUK YANG MANTABA
مغفرة الله
لمن تاب
من الذنوب والخطايا
أعده
الأستاذ
الحاج محمد بخيت بن الشيخ أحمد مغني بن إسماعيل
Ampunan
Tuhan
Bagi orang
yang bertaubat dari dosa dan kesalahan
Disusun oleh
Ustadz Haji
Muhammad Bakhit bin Syaikh Ahmad Mughni bin Ismail
Bab
Pertama: Pasal
Banyak
sekali firman Allah Ta'ala dan hadits Rasulullah ﷺ serta perkataan
para ulama mengenai masalah taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Firman
Allah Ta'ala: "Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung." (An-Nur: 31).
Maksudnya,
semoga kalian selamat dari azab Allah 'Azza wa Jalla dan mencapai rahmat-Nya di
dunia dan akhirat.
Dalam
ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman agar selalu bertaubat kepada-Nya. Dengan demikian, ini menunjukkan
bahwa perintah Allah dan larangan-Nya tidak akan bisa dipatuhi sepenuhnya oleh
seorang hamba yang lemah, tanpa terjatuh ke dalam kesalahan, meskipun dia
berusaha menjaga dirinya.
Oleh
karena itu, Allah memerintahkan kepada mereka agar selalu bertaubat dan meminta
ampun kepada-Nya. Dan dengan demikian itu merupakan rahmat Allah yang luas atas
hamba-Nya.
Firman
Allah Ta'ala: "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada
Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya (taubat nasuha)." (At-Tahrim:
8).
Dalam
ayat ini, pertama-tama Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada kaum
mukminin agar bertaubat, dan Allah tidak menjelaskan bagaimana taubat itu.
Kemudian dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa taubat itu adalah taubat yang
sebenar-benarnya (taubat nasuha). Jadi, ayat ini merupakan penjelasan bagi ayat
tersebut sebelumnya.
Adapun
maksudnya adalah: Jika kalian bertaubat kepada Allah, maka bertaubatlah dengan
taubat nasuha, bukan dengan taubat yang sembarangan, taubat musiman, atau
taubat yang hanya mengikuti perkataan orang lain.
Taubat
nasuha adalah taubat yang mencakup beberapa hal berikut:
1. Meliputi
semua dosa, sehingga tidak ada satu dosa pun yang tertinggal kecuali masuk
dalam taubat tersebut.
2. Keputusan
hati dan kejujuran, sehingga tidak ada keraguan sedikit pun dalam pelaksanaan
taubatnya.
3. Memurnikan
taubat dari campuran yang dapat merusaknya, sehingga tidak ada dorongan sedikit
pun untuk bertaubat selain karena takut kepada Allah 'Azza wa Jalla dan ingin
mendapatkan ridha-Nya.
Dan
tidak diragukan bahwa taubat nasuha pasti diterima oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala dan menghasilkan beberapa buah:
1. Tumbuhnya
semangat dan rajin dalam beribadah kepada Allah Ta'ala.
2. Mendapatkan
kenikmatan dan manisnya setiap kali melaksanakan ibadah, yang bisa dijadikan
tanda bahwa ibadah tersebut diterima.
Firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai
orang-orang yang mensucikan dirinya." (Ar-Ra’d: 30)
Cinta
Allah atau kasih sayang Allah Ta'ala adalah dambaan dan impian setiap orang
yang beriman. Rasulullah ﷺ sering berdoa dengan doa:
Artinya:
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta
orang-orang yang mencintai-Mu."
Padahal
telah ditegaskan bahwa beliau adalah kekasih Allah, namun beliau tetap berdoa
demikian. Semua itu adalah untuk memberikan contoh teladan kepada umatnya.
Firman
Allah Ta'ala:
Artinya:
"Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu."
Firman
Allah Ta'ala:
Artinya:
"Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Kemudian bertaubatlah kepada-Nya,
niscaya Dia akan memberikan kepadamu kenikmatan yang baik." (Surah Hud
Ayat 3).
Barang
siapa yang bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari dosa-dosanya dan
ikhlas beribadah kepada-Nya, maka pasti akan diberikan keamanan, ketenangan,
dan keridhaan, meskipun hidupnya dalam kesulitan dan sempit rezekinya. Dan
barang siapa yang tidak bertaubat dan tidak ikhlas beribadah, serta tetap
melakukan perbuatan dosa, maka hidupnya akan dipenuhi ketakutan, kegelisahan
hati, dan kemurkaan ilahi, meskipun hidup dalam kenikmatan dan kelapangan
rezeki. Sebab, tidak ada manfaat dari kenikmatan dan kelapangan rezeki jika
berakhir dengan kesengsaraan.
Kejahatan
apa yang lebih besar jika akibatnya adalah neraka yang azabnya tidak bisa
dibandingkan dengan apa pun.
Firman
Allah Ta'ala:
"Dan
barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim." (Surah Al-Hujurat Ayat 11)
Firman
Allah Ta'ala:
"Tidakkah
mereka mengetahui bahwa mereka diuji setiap tahun sekali atau dua kali,
kemudian mereka tidak bertaubat dan tidak mengambil pelajaran?" (Surah
At-Taubah, Ayat 126).
Dalam
ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan keadaan orang-orang munafik
yang, meskipun mereka diberikan cobaan, mereka tidak mau menyadari dan tidak
mau bertaubat dari dosa-dosa mereka, padahal mereka telah diberikan musibah.
Rasa
sakit dan kesakitan sekali atau dua kali dalam setahun berbeda dengan keadaan
orang-orang beriman. Seorang mukmin ketika mendapat suatu cobaan, baik yang
menimpa dirinya, hartanya, atau anaknya, maka musibah itu dijadikan sebagai
peringatan dari Allah yang harus diperhatikan, disadari, dan ditindaklanjuti
dengan segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena dia khawatir
bahwa hal itu adalah tanda kemurkaan Allah Ta'ala terhadap dirinya.
Dengan
demikian, jelaslah perbedaan antara seorang mukmin dengan seorang munafik.
Firman
Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya
taubat yang diterima Allah adalah taubat bagi orang-orang yang melakukan
kejahatan dengan kebodohan, kemudian mereka segera bertaubat. Maka mereka
itulah yang diterima taubatnya oleh Allah." (Surah An-Nisa Ayat 17)
Ayat
ini mengandung beberapa makna yang tersembunyi di antaranya:
1. Orang
yang melakukan kejahatan atau dosa dianggap bodoh (jahil), meskipun ia pintar
dan berilmu.
2. Taubat
yang diterima oleh Allah adalah taubat yang dilakukan sebelum matahari terbit
dari sebelah barat dan sebelum roh sampai di tenggorokan (saat sakaratul maut).
3. Mengulangi
taubat itu hukumnya wajib.
Dari
beberapa ayat yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan beberapa kesimpulan,
di antaranya:
1. Taubat
dari satu dosa hukumnya wajib segera.
2. Taubat
yang diperintahkan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman adalah taubat
yang sungguh-sungguh (taubat nasuha).
3. Orang
yang bertaubat adalah orang yang mendapatkan kecintaan Allah Mahasuci Allah
Ta'ala.
4. Orang
yang bertaubat hidup dalam kebaikan, ketenangan hati, dan keridhaan Allah
Ta'ala meskipun secara lahiriah mengalami kesulitan.
5. Orang
yang tidak bertaubat akan dimasukkan oleh Allah Ta'ala ke dalam kelompok
orang-orang yang zalim.
6. Perbedaan
antara seorang mukmin dan seorang munafik terletak pada pelaksanaan taubat.
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Wahai
manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya,
sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari seratus kali." (HR. Muslim)
Dalam
bertaubat, manusia terbagi ke dalam beberapa tingkatan. Ada yang bertaubat dari
dosa, ada yang bertaubat dari perkara makruh karena tidak ada dosa, dan ada
yang bertaubat dari perkara yang kurang baik (khilaf al-awla) karena tidak ada
dosa dan perkara makruh. Adapun taubat Rasulullah صلى الله
عليه وآله وسلم adalah dari perkara yang sudah baik menuju kepada perkara yang
lebih baik lagi.
Rasulullah
صلى الله عليه وآله وسلم bersabda:
"Setiap
anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah
mereka yang bertaubat dan meminta ampun." (HR. Al-Hakim dan
At-Tirmidzi).
Dari
hadits ini dapat dinyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang terbebas dari
perintah taubat, sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
Rasulullah
صلى الله عليه وآله وسلم bersabda:
"Sungguh,
Allah lebih gembira dengan taubat seorang hamba dibandingkan kegembiraan
seorang pria yang berada di suatu tempat berbahaya (tempat yang tidak
berpenghuni), di mana ia membawa hewan tunggangannya yang di atasnya terdapat
makanan dan minumannya. Kemudian pria itu meletakkan kepalanya dan tertidur,
lalu ketika bangun, ia mendapati hewan tunggangannya telah hilang. Setelah itu,
ketika kepanasan dan sangat kehausan yang tak tertahankan, ia berkata, 'Aku
akan kembali ke tempat semula.' Maka ia kembali ke tempat semula (tempat di
mana hewan tunggangannya hilang), dan tidur lagi. Kemudian, ketika ia
mengangkat kepalanya, tiba-tiba hewan tunggangannya berada di dekatnya." (HR. Bukhari)
Maksud
dari hadits ini adalah bahwa Allah memberikan ganjaran pahala yang cepat kepada
hamba-Nya yang bertaubat, yang diilustrasikan dengan ganjaran cepat yang
diberikan oleh seorang pria kepada orang yang menemukan barangnya yang hilang.
Adapun kegembiraan yang datang dari Allah, maksudnya adalah Allah memberikan
pahala kepada orang yang membuat-Nya gembira.
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Orang
yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa."
(HR. Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud)
Inilah
sebagian kemurahan Allah سبحانه وتعالى, bahwa orang yang sebelumnya berada dalam
dosa dalam waktu yang lama, namun kemudian bertaubat, diampuni dosanya oleh
Allah.
Ketika
seseorang menyesali dosa-dosanya dan bertaubat, maka Allah akan menghapus
dosa-dosanya dan menganggapnya seperti orang yang tidak berdosa, serta
memberinya pahala yang besar.
Hal
ini sesuai dengan sabda Rasulullah صلى الله
عليه وسلم yang menyatakan bahwa Allah lebih sayang kepada hamba-Nya yang
bertaubat dibandingkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Sesungguhnya
Allah menerima taubat hamba-Nya selama ruh belum mencapai tenggorokan (saat
sekarat)."(HR.
Tirmidzi)
Beberapa
arif (ulama) mengatakan bahwa ketika Malaikat Maut sudah datang untuk mengambil
nyawa seseorang, maka dia akan memberitahukan bahwa umurmu sudah hampir habis
dan kamu tidak bisa meminta penundaan, bahkan sekejap mata pun. Pada saat itu,
sudah terlambat untuk menyesal dan merasakan kerugian yang sangat besar bagi
hamba tersebut.
Seandainya
dia bisa menebus dengan seluruh harta yang dimiliki, niscaya dia akan
melakukannya hanya untuk diberikan sedikit umur agar bisa bersedekah dengan
hartanya.
Hal
itu terjadi ketika ruh sudah mencapai tenggorokan, karena ketika ruh sudah
sampai di sana, maka akan diperlihatkan kepadanya tempat yang akan
ditempatinya, apakah surga atau neraka.
Inilah
isyarat dari firman Allah سبحانه وتعالى yang artinya:
"Dan
wahai Tuhanku, mengapa Engkau tidak menunda ajalku sedikit waktu saja, sehingga
aku bisa bersedekah dan menjadi termasuk orang-orang yang saleh?"
Namun
Allah tidak akan memberi kesempatan lagi apabila ajal sudah tiba, dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Sesungguhnya
Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang
berbuat kesalahan pada siang hari, dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari
untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari, hingga matahari
terbit dari barat."
(HR. Muslim)
Hadis
ini menjelaskan bahwa Allah سبحانه وتعالى setiap saat, baik malam maupun siang,
selalu menerima tobat hamba-hamba-Nya yang bertobat, hingga matahari terbit
dari barat, karena saat itu adalah tanda kiamat sudah sangat dekat.
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Sekiranya
kalian berbuat salah hingga dosa kalian mencapai langit, kemudian kalian
bertobat, niscaya Allah akan menerima tobat kalian."
(HR. Ibnu Majah)
Kata
Imam Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali رحمه الله: "Sesungguhnya
tobat yang benar-benar diterima oleh Allah تعالى adalah tobat yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan diiringi dengan penyesalan terhadap
dosa-dosa."
Orang
yang bertobat dengan penuh keikhlasan dan kesadaran dari dosa-dosanya, jika
diterima oleh Allah سبحانه وتعالى, maka dia akan mendapatkan pahala dan
anugerah dari-Nya. Orang yang bertobat dengan ikhlas dan penuh penyesalan akan
diampuni dosa-dosanya dan Allah akan mengganti dosa tersebut dengan amal baik.
Tobat
yang diterima Allah adalah tobat yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
penyesalan terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan, serta dengan tekad yang
kuat untuk tidak mengulanginya lagi.
Sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadis, orang yang benar-benar bertobat dan
ikhlas dari dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah dan dia akan mendapatkan
pahala serta kebaikan. Tobat yang dilakukan dengan kesungguhan hati,
penyesalan, dan tekad yang kuat akan mendapatkan balasan yang baik di sisi
Allah سبحانه وتعالى.
Selama
tempat yang kotor tidak diterima oleh Raja untuk dijadikan tempat tinggal, maka
hati yang kotor tidak diterima oleh Allah untuk berada dalam keadaan dosa.
Sebagaimana
makanan yang tidak layak dan kotor tidak diterima dalam hal makanan, demikian
pula dengan hati yang kotor tidak diterima oleh Allah jika penuh dengan dosa
dan kesalahan. Maka, seseorang harus membersihkan hatinya dari kotoran dan dosa
dengan penyesalan dan tobat yang sungguh-sungguh.
Sebagaimana
sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم: 'Sesungguhnya seorang mukmin jika ia
melakukan dosa, maka akan ada titik hitam di dalam hatinya. Jika ia bertobat,
berhenti, dan memohon ampun, maka titik hitam itu akan dihilangkan. Jika ia
terus menambah dosa, maka titik hitam itu akan bertambah hingga menutup seluruh
hatinya. Itulah kekotoran yang disebutkan Allah dalam Kitab-Nya,
"Sekali-kali tidak, tetapi apa yang mereka kerjakan itu menutup hati
mereka." (HR. Tirmidzi).'
Sebagaimana
seseorang yang hatinya sudah penuh dengan kekotoran, maka akan sulit menerima
nasihat dan petunjuk, dan berbahaya bagi diri manusia jika tidak membersihkan
hati dari kekotoran tersebut, yang bisa mengakibatkan godaan setan.
Menurut
Imam Hujjatul Islam Al-Ghazali: 'Tobat itu wajib karena beberapa alasan:
1. Supaya
mudah mendapatkan taufik dari Allah سبحانه
وتعالى.
2. Supaya
ibadah ibadah sunnag diterima oleh Allah Swt karena moda untuk dicintai Allah
adalah dengan memperbanyak ibadah sunnah.
Bagaimana
mungkin seseorang bermunajat kepada Allah sedangkan Allah murka kepadanya.
Menurut
Sayyid Abdullah Al-Jurdani:
Tobat
merupakan pokok segala maqam (tingkatan) dan hal (kondisi), orang yang tidak
bertaubat tidak ada maqam dan hal, orang tersebut seperti orang yang tidak
punya tanah, tidak mungkin bisa membangun bangunan.
Wajib atas
seseorang hamba segera taubat dari dosa-dosanya agar terlepas dari murka Allah
dan neraka Jahannam dan siksa siksa lainnya serta supaya terlepas dari kehinaan
yang abadi dan supaya mendapatkan keberuntungan yang abadi, menuju pintu Rahmat
Allah, mencapai Ridha Allah dan surga-Nya dan supaya mudah mendapatkan taufik
Allah dan untu berbuat amal shaleh dan supaya diterima segala amal ibadah karena
kebaikan amal ibadah itu, hukumnya sunnah sedangkan taubat hukumnya wajib dan
tidak diterima amal ibadah sunnah sebelum melaksanakan yang wajib disegerakan.
Menurut
beberapa ulama: Hindarilah menunda tobat, karena menunda tobat membawa dua
bahaya besar:
1. Bertumpuknya
dosa yang menjadi titik hitam di dalam hati sehingga menjadi karat yang tidak bisa
dihapuskan lagi kecuali dengan Api.
2. Mendadak
mati sehingga tidak bisa lagi bertaubat maka celakalah Kemungkinan kematian
tanpa tobat, yang berarti tidak ada kesempatan lagi untuk bertobat setelah
kematian.
Hal
ini dikarenakan, menunda tobat dapat menyebabkan seseorang jatuh ke dalam
kebinasaan dan menjadi salah satu penghuni neraka. Maka dari itu, sangat
penting untuk bertobat dari dosa-dosa yang tampak maupun yang tersembunyi agar
mendapatkan bimbingan dan tolong dari Allah سبحانه
وتعالى.
Dan
bahaya dosa ini menyebabkan kesulitan dan kebinasaan. Dosa yang tidak diikuti
dengan tobat dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam dosa-dosa besar
lainnya dan mengabaikan ibadah serta pelayanan kepada Allah سبحانه وتعالى. Akibatnya, hati menjadi hitam, keras, dan penuh dengan
kesalahan. Tanpa rahmat Allah سبحانه وتعالى, hal ini dapat mengarah pada kekafiran dan
kebinasaan kekal, na'uzubillah.
Bagaimana
caranya agar kita bisa mendapatkan tolong dan bimbingan dari Allah dalam
menghadapi kesulitan? Bagaimana kita dapat terus-menerus melayani Allah jika
kita terjerat dalam kemaksiatan? Dan bagaimana kita bisa mendapatkan ketenangan
untuk berdoa dan meminta ampunan jika kita terjerumus dalam dosa?
Dalam
sebuah hadits yang disebutkan, Rasulullah صلى الله
عليه وسلم bersabda bahwa apabila seorang hamba berdosa dan kemudian ia
berdoa kepada Allah, dua malaikat datang dan menyaksikan perbuatannya. Jika ia
bertaubat dan memohon ampunan, Allah سبحانه
وتعالى
akan menerima taubatnya dan dosa-dosanya akan dihapus.
Bagaimana
cara agar kita dapat selalu mengingat Allah سبحانه
وتعالى?
Dan
bagaimana agar seseorang yang terus menerus berdosa dapat memperoleh bimbingan
dari Allah dan tidak akan kehilangan harapan untuk bertobat dan melaksanakan
ibadah? Jika ibadah dilakukan dengan niat dan usaha yang tulus, tanpa merasakan
kepenatan dan kelelahan, maka itu akan menghasilkan buah yang manis dan
bermanfaat. Akibatnya, semua dosa yang dilakukan dapat dihapus dengan taubat
kepada Allah سبحانه وتعالى.
Meskipun
seseorang memiliki banyak dosa, jika ia tidak merasa malas dan terus beribadah,
ia akan mendapatkan ampunan dan bimbingan dari Allah سبحانه
وتعالى.
Menurut
Sheikh Abdul Wahhab al-Sha'rani, sifat seorang hamba adalah untuk memperhatikan
kesesuaian antara amalan lahir dan batin. Agar seseorang dapat mendapatkan
rahmat Allah تعالى, ia harus terus menerus berusaha dalam
beribadah dan taubat, serta selalu menjaga keikhlasan dalam ibadahnya.
Dengan
bersyukur dan memohon ampun kepada Allah سبحانه
وتعالى,
semua dosa dapat diampuni jika Allah تعالى menerima taubat
kita. Jika seseorang merasa berat dalam taubat karena dosa-dosa yang dilakukan,
maka sangat penting untuk terus bertobat dan memohon ampun kepada Allah سبحانه وتعالى.
Jika
seseorang merasa tidak mampu untuk mengatasi dosa, maka ia harus berdoa kepada
Allah سبحانه وتعالى, "Ya Allah, Yang Memudahkan segala yang sulit, mudahkanlah
bagi kami setiap kesulitan, karena memudahkan yang sulit adalah mudah
bagi-Mu."
Dengan
doa dan permohonan yang tulus, insya Allah akan memudahkan setiap kesulitan dan
memperoleh kemudahan dalam taubat dan ibadah.
Bab:
Penjelasan tentang Taubat dan Fakta-faktanya
Pertama,
taubat adalah jalan untuk memperbaiki kondisi dan menghapuskan dosa. Berikut
adalah beberapa aspek penting tentang taubat:
1. Seseorang
yang melakukan dosa, maka taubatnya kepada Allah تعالى sangat penting.
Taubat merupakan cara untuk memperbaiki diri dan menghapuskan dosa-dosa
tersebut.
2. Taubat
adalah cara untuk menjauhkan diri dari godaan iblis dan berusaha mendekatkan
diri kepada Allah تعالى, sehingga seseorang dapat selamat dari
murka-Nya dan mendapatkan ampunan-Nya.
3. Dengan
taubat yang sungguh-sungguh, seseorang dapat memperoleh tempat di surga dan
kebahagiaan abadi.
4. Taubat
yang tulus dan ikhlas akan menghindarkan seseorang dari tempat yang tidak
diinginkan dan menjaga dirinya dari azab.
5. Taubat
adalah langkah penting untuk memperbaiki diri dan mendapatkan penerimaan Allah تعالى, sehingga seseorang tidak lagi terjerumus ke dalam dosa dan
kesalahan yang sama.
6. Taubat
adalah solusi untuk memperbaiki keadaan dan mendapatkan ampunan dari Allah.
7. Taubat akan
mendapatkan dukungan dari dua malaikat yang mencatat amal perbuatan.
8. Taubat
adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah تعالى dan mengikuti teladan
Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
9. Taubat yang
benar akan menyelamatkan manusia dari kemarahan Allah dan menjauhkannya dari
siksaan neraka.
Seseorang
yang melakukan dosa, maka taubat akan menghapuskan dosanya dan memperoleh
pengampunan. Oleh karena itu, penting untuk selalu berdoa dan memohon
perlindungan kepada Allah تعالى dari kemurkaan-Nya dan siksa
neraka, sebagaimana doa yang diajarkan oleh Rasulullah صلى الله
عليه وسلم:
"Dan
kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan dari api neraka."
Dengan
demikian, taubat yang benar akan menghapus dosa dan membawa seseorang
mendapatkan ampunan dari Allah. Taubat adalah cara untuk menjaga diri dari
kemarahan dan azab neraka serta mendekatkan diri kepada Allah.
Seseorang
yang terus berdoa dan memohon ampunan kepada Allah akan mendapatkan
perlindungan dari keburukan dan selalu berada dalam kasih sayang Allah.
Dalam
doa Sheikh Abu al-Hasan al-Shadhili: "Jadikanlah keburukanku seperti
keburukan orang yang Engkau cintai dan jangan jadikan kebaikanku seperti
kebaikan orang yang Engkau benci."
Dengan
doa ini, seseorang meminta agar semua dosanya diampuni dan agar kebaikannya
diterima oleh Allah dengan penuh kasih sayang, serta menjauhkan dari kebencian
dan kemurkaan Allah.
Rasulullah
صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: "Orang yang bertobat adalah kekasih Allah."
Tidak
ada satu pun makhluk yang lebih dicintai dalam kehidupan ini selain kecintaan
dan keridhaan Allah سبحانه وتعالى. Orang yang dicintai oleh Allah akan
dicintai oleh makhluk-Nya dan tidak akan pernah terasing dari mereka.
Hal
ini dijelaskan dalam sebuah hadis Rasulullah صلى الله
عليه وآله وسلم yang menyatakan bahwa ketika Allah mencintai seorang hamba,
Allah mengumumkannya kepada para malaikat. Dan ketika Allah murka terhadap
seorang hamba, Allah juga mengumumkan kemurkaannya kepada para malaikat. Dengan
demikian, orang tersebut akan dipertimbangkan dalam hati manusia, dan jika
Allah telah menetapkan azab neraka sebagai balasan bagi dosa-dosanya, maka
tidak ada yang bisa mengubahnya di dunia ini.
Komentar
Posting Komentar