SUJUD SYUKUR
SUJUD
SYUKUR
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الحمدُ للهِ الذي جعلَ لنا في شُكرِ النِّعمِ طريقًا إلى زيادةِ
الفضلِ والإحسان. وأشهدُ
أن لا إلهَ إلا اللهُ وأشهدُ أن محمدًا عبدُه ورسولُه، خيرُ من سجدَ شُكرًا لربِّه
عندَ الفرحِ والسرور، وعلى آلِه وأصحابِه، ومن اهتدى بهديهِ إلى يومِ النُّشور. أمَّا بعد: اللهم اجعلني من الذين يقولون يفعلون، و الذين
يفعلون يُخْلِصُوْنَ، و الذين يُخْلِصُوْنَ يُقْبَلُوْنَ
Yang sama-sama kita hormati, guru tercinta (مُرَبِّي
رُوحِنَا) ayahanda KH. Syamsul Ma’arif Hamzah, semoga Allah memanjangkan
umurnya dalam sehat wal afiat. Semoga kita semua yang hadir dalam majlis
ini mendapatkan karomah dan keberkahan dari guru dan orang tua kita yang
mulia, KH. Syamsul Ma’arif Hamzah. Al-Fatihah.
Yang kami cintai, Gus Lubbi, Gus Tomi, Gus Ryan, Gus Najib, Gus Ade,
serta para jama'ah yang dirahmati Allah Swt.
Bulan
Ramadhan baru saja berlalu, meninggalkan jejak indah di hati kita. Ada rasa
bahagia karena kita diberi kesempatan untuk menjalani bulan penuh rahmat,
berkah, dan ampunan. Namun, di sisi lain, ada rasa haru dan sedih—karena
Ramadhan telah pergi meninggalkan kita.
Sahabat-sahabat
Nabi ﷺ dahulu tidak berhenti di akhir Ramadhan.
Mereka berdoa dengan penuh harap agar amal ibadah mereka diterima oleh Allah ﷻ.
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا
وَأَعْمَالَنَا فِي رَمَضَانَ
“Ya Allah, terimalah puasa dan amal kami di
bulan Ramadhan.”
Lalu, selama enam bulan berikutnya, mereka
berdoa lagi:
اللَّهُمَّ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, sampaikanlah kami pada Ramadhan
berikutnya.”
Mereka sadar, ibadah bukan hanya untuk
Ramadhan. Maka, mereka tidak pernah berhenti beramal meski bulan Ramadhan telah
berlalu. Mereka bukan “hamba Ramadhan,” melainkan “hamba Rabb-nya
Ramadhan.” Sebagaimana nasihat para ulama:
كُنْ عَبْدًا رَبَّانِيًّا وَلَا تَكُنْ عَبْدًا
رَمَضَانِيًّا
“Jadilah
hamba Rabbani, bukan hamba Ramadhan.” Karena Allah ﷻ
berfirman dalam Al-Qur’an:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ
الْيَقِينُ
"Sembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu
kematian.” (Al-Hijr: 99)
Jama’ah yang dirahmati Allah,
Salah satu
amalan mulia yang diajarkan oleh guru kita — dan juga dicontohkan langsung oleh
Rasulullah ﷺ — adalah mudawamah atau membiasakan
diri untuk sujud syukur setiap hari.
Sujud
syukur adalah sujud sebagai
bentuk rasa terima kasih kepada Allah atas nikmat besar yang kita terima,
atau karena kita telah diselamatkan dari bahaya dan kesulitan besar. Dalam
hadits disebutkan:
"أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ إِذَا
أَتَاهُ أَمْرٌ يَسُرُّهُ أَوْ بُشِّرَ بِهِ، خَرَّ سَاجِدًا شُكْرًا للهِ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى".
“Sesungguhnya
Nabi ﷺ apabila datang kepadanya sesuatu yang
menyenangkan atau beliau diberi kabar gembira, beliau langsung bersujud sebagai
bentuk syukur kepada Allah ﷻ Yang Maha Suci dan
Maha Tinggi.” (HR. Abu Dawud)
Contoh
paling indah dari sujud syukur ini adalah ketika Rasulullah ﷺ memohon syafaat untuk umatnya. Saat
Allah mengabulkan permintaan agar sepertiga dari umat beliau mendapatkan
syafaat, beliau pun bersujud. Lalu memohon lagi, dan saat dikabulkan sepertiga
berikutnya, beliau kembali bersujud. Inilah cinta Rasul kepada kita—umatnya.
Pelaksanaan
sujud syukur pada dasarnya mirip dengan sujud tilawah di luar shalat:
1. Disunnahkan dalam keadaan
suci (berwudhu) dan menghadap
kiblat.
2. Takbir tanpa angkat tangan, kemudian langsung sujud.
3. Dalam sujud, dibaca doa
berikut sebelas kali.
سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ،
وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ، فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Wajahku
bersujud kepada Zat yang menciptakannya, membentuk rupanya, serta membuka
pendengaran dan penglihatannya dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya. Maha Suci
Allah, sebaik-baik Pencipta.”
Kemudian
membaca sebelas kali.
سُبْحَانَ اللَّهِ،
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَر
Kemudian
Bershalawat sebelas kali
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا
مُحَمَّد. و على أل سيدنا محمد
Kemudian
memohon kebaikan dunia dan akhirat sebelas kali
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Kemudian
membaca Surat Al-Fātiḥah satu kali
Kemudian
membaca Sholawat al-Fātiḥ satu kali
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ، وَالْخَاتِمِ
لِمَا سَبَقَ، وَالنَّاصِرِ الْحَقَّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ
الْمُسْتَقِيمِ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، حَقَّ
قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيمِ.
4. Setelah sujud, langsung
bangkit tanpa salam.
Dalam kitab
Busyrol Karim disebutkan, apabila seseorang tidak mampu melakukan sujud
syukur secara fisik, maka cukup membaca dzikir berikut sebanyak 4 kali:
سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا
بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيمِ
Bacaan ini memiliki
pahala setara dengan sujud syukur, sujud tilawah, dan tahiyyatul masjid.
Al-Khatib dalam Al-Iqna’ menyebutkan:
وَيُسَنُّ مَعَ سَجْدَةِ الشُّكْرِ الصَّدَقَةُ
"Disunnahkan
menyertai sujud syukur dengan sedekah."
Hal ini
menunjukkan bahwa rasa syukur tidak hanya diungkapkan dengan lisan dan badan,
tetapi juga dengan harta. Maka, sujud syukur bisa disempurnakan dengan sedekah
sebagai bentuk syukur maliyah (harta).
Semoga kami
semua termasuk golongan hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ
الشَّاكِرِينَ لِنِعَمِكَ الْمُسْتَقِيمِينَ
عَلَى طَاعَتِكَ. اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى
ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ قُلُوبَنَا
خَاشِعَةً، وَأَلْسِنَتَنَا ذَاكِرَةً، وَجَوَارِحَنَا سَاجِدَةً شُكْرًا لَكَ
وَاجْعَلْنَا مَعَ الشَّاكِرِينَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. آمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ،
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Komentar
Posting Komentar