Nama Allah “Al-Karīm”


ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي تَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِنِعَمِهِ، وَأَكْرَمَنَا بِرَحْمَتِهِ، وَٱلصَّلَاةُ وَٱلسَّلَامُ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أما بعد : 

Yang sama-sama kita hormati, guru tercinta (مُرَبِّي رُوحِنَا) ayahanda KH. Syamsul Ma’arif Hamzah, semoga Allah panjangkan umurnya dalam sehat wal afiat. Semoga kita semua yang hadir dalam majlis ini mendapatkan pancaran ilmu, akhlak dan karomah dari guru kita yang mulia, Amin Ya Allah ya Robbal Alamin.

Yang kami cintai: Gus Lubbi, Gus Tomy, Gus Ryan, Gus Najib, Gus Ade, serta para jamaah yang dirahmati Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā.

Salah satu bait doa syair Dzikrul Ghāfilīn, karya wali besar Gus Miek رحمه الله تعالى adalah:

 يَا كَرِيمُ يَا كَرِيمُ أَنْعِمْنَا بِنِعْمَتِكَ

يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ ارْحَمْنَا بِرَحْمَتِكْ

"Wahai Dzat Yang Maha Mulia, Maha Pemurah, limpahkanlah nikmat-Mu kepada kami."

“Wahai Yang Maha Penyayang, sayangilah kami dengan rahmat-Mu.”


Lafadz "Yā Karīm, Yā Karīm" diulang dua kali, menjadi tanda betapa dalamnya rasa butuh, rasa harap, rasa cinta sebagai hamba kepada Allah Yang Maha Memberi.

Nama Al-Karīm adalah salah satu dari Asmā’ul Ḥusnā, nama Allah yang ke-43. 

Pengertian Al-Karim menurut Imam Al-Ghazālī adalah: 

الكريم هُوَ الَّذِي إِذَا قَدَرَ عَفَا، وَإِذَا وَعَدَ وَفَى، وَإِذَا أَعْطَى زَادَ عَلَى مُنْتَهَى الرَّجَا، وَلَا يُبَالِي كَمْ أَعْطَى وَلِمَنْ أَعْطَى.

Arti al-Karim yang pertama adalah (هُوَ الَّذِي إِذَا قَدَرَ عَفَا) Allah Maha memaafkan meskipun Dia berkuasa untuk menghukum. Bahkan, Allah memberi waktu untuk bertaubat, sampai ajal datang menjemput.


Arti al-Karim kedua adalah (إِذَا وَعَدَ وَفَى) Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Seperti firman Allah:  ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan."(QS Ghāfir ayat 60).

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا.

"Setiap doa seorang Muslim pasti dikabulkan: entah disegerakan, disimpan untuk akhirat, atau diganti dengan perlindungan dari keburukan." (HR. Ahmad)

Sohibul Hikam berkata : 

لاَ يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْإِلْحَاحِ فِى الدُّعَاءِ مُوْ جِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمَنَ لَكَ الْإِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَرُهُ لَكَ لاَ فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَ فِى الْوَقْتِ الَّذِيْ يُرِيْدُ لَا فِي الْوَقْتِ الَّذِي تُرِيْدُ 

"Janganlah keterlambatan pemberian karunia dari Allah (meskipun engkau terus-menerus dalam berdoa) membuatmu putus asa (dari berdoa. Sebab Allah telah berjanji untuk mengabulkan doamu, tetapi pada sesuatu yang Allah pilihkan untukmu, bukan pada apa yang kamu pilih untuk dirimu sendiri, dan pada waktu yang Allah kehendaki, bukan pada waktu yang kamu inginkan."

Rasulullah ﷺ bersabda:

 انتظارُ الفرجِ عبادةٌ

"Menanti datangnya pertolongan Allah adalah ibadah." atau "Menanti terkabulkannya doa dari Allah adalah ibadah."


Adapun arti Al-Karim yang ketiga adalah  (إِذَا أَعْطَى زَادَ عَلَى مُنْتَهَى الرَّجَا، وَلَا يُبَالِي كَمْ أَعْطَى وَلِمَنْ أَعْطَى)  Ketika Allah memberikan karunia, maka pemberian-Nya melampaui apa yang didoakan, diinginkan atau dicita-citakan hamba-Nya dan Allah tidak peduli seberapa banyak yang Allah berikan dan kepada siapa Allah memberikannya."


Ada suatu kisah Nabi Ibrāhīm AS :

Suatu hari, seorang kakek kafir datang meminta makanan. Nabi Ibrāhīm ingin memberi tetapi dengan syarat: “masuk Islam dahulu”. Allah langsung menegur: "Wahai Ibrāhīm, selama 70 tahun ia kufur kepada-Ku, namun Aku tetap memberinya rezeki. Hari ini ia lapar dan datang kepadamu, mengapa kau beri syarat masuk Islam dahulu?". Nabi Ibrāhīm pun tersentak, menangis, lalu mencari kakek itu dan memberi makan tanpa syarat. Inilah sifat Allah Al-Karīm.

Hadirin yang dirahmati Allah Swt

Imam Al-Ghazālī berkata: 

 تَخَلَّقُوا بِأَخْلَاقِ اللَّهِ

"Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah."

Salah satu akhlak Allah adalah sifat-Nya yang Al-Karīm

Guru kita gus arif pernah mengatakan bahwa orang alim itu mulia. Tapi orang yang berakhlak lebih mulia daripada orang alim, karena orang yang berakhlak itu pasti berilmu dan akhlak itu lahir dari ilmu yang diamalkan dan ditempa dengan riyāḍah (latihan jiwa) dan pembiasaan serta pengawasan."

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْخُلُقِ الْحَسَنِ، وَوَفِّقْنَا لِلتَّخَلُّقِ بِاسْمِكَ الْكَرِيمِ، كَمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ. والله الموفق إلى أقوم الطريق، والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rahmat Allah

FADILAH SURAT FATIHAH

Qiyamullail